Pada transformator ideal, inti lilitan memiliki permeabilitas tak hingga, faktor rugi-rugi nol, total fluks primer sepenuhnya terhubung dengan lilitan sekunder dan sebaliknya, atau dengan kata lain fluks tidak bocor.
Tegangan induksi pada sebuah lilitan.
Sebuah koil dipengaruhi fluks magnetik Φ bolak-balik dengan frekuensi f
Gambar 1. Solenoid dengan N lilitan
(sumber: Theodore Wildi, 2002)
menghasilkan tegangan induksi efektif Eefektif
dengan ∅=sin2πƒt, maka
atau
Keterangan :
E = tegangan induksi efektif (Volt)
f = frekuensi fluks (Hz)
N = jumlah lilitan koil
Φmax= nilai puncak fluks (Wb)
Rasio tegangan pada transformator ideal tanpa beban
Dengan asumsi transformator ideal maka kita dapat menggunakan persamaan (1) untuk menentukan rasio tegangan primer-sekunder. Tegangan efektif E1 dan E2 adalah
dengan membandingkan E1 dan E2 diperoleh
………….. (2)
Keterangan
E1 = tegangan induksi efektif primer (Volt)
E2 = tegangan induksi efektif sekunder (Volt)
N1 = jumlah lilitan primer
N2 = jumlah lilitan sekunder
a = rasio lilitan
Rasio tegangan pada transformator ideal dengan beban
Mengingat pada transformator ideal tidak terdapat kebocoran fluks, maka persamaan (2) tetap berlaku walaupun pada kumparan sekunder dihubungkan dengan beban. Gaya gerak magnetik yang dihasilkan koil sekunder N2I2 besarnya akan sama dengan primer N1I1, yaitu
…. (2)
Keterangan
I1 = arus primer (Ampere)
I2 = arus sekunder (Ampere)
N1 = jumlah lilitan primer
N2 = jumlah lilitan sekunder
a = rasio lilitan
Referensi :
Theodore Wildi, 2002, Electrical machines, drives and power systems.